Agustus 2017, masa-masa orientasi kampus baru dimulai. Sebagai junior yang masih bingung harus duduk di mana dan manggil siapa pake “Kak” atau langsung nama, aku benar-benar nggak tahu siapa-siapa—sampai akhirnya kenalan sama salah satu panitia senior yang kelihatan serius tapi bisa diajak becanda. Dia.

Gayanya cuek tapi nyambung, kadang ngeselin tapi bikin penasaran. Kami mulai sering chat, padahal awalnya cuma nanya soal tugas. Eh, lama-lama ngobrolin hal random: makanan favorit, film jaman dulu, sampai cita-cita yang nggak pernah ditulis di biodata.

Dari situ, hubungan kami kayak roller coaster—kadang ngebut, kadang ngerem, kadang muter di tempat, tapi seru banget. Nggak ada drama berlebihan, nggak ada cinta-cintaan lebay, tapi pelan-pelan tumbuh jadi rasa nyaman. Kayak kopi pertama yang bikin kaget tapi lama-lama nagih. Dan ya… sejak saat itu, cerita kami dimulai. Bukan karena takdir yang magis, tapi karena dua orang yang sama-sama nggak nyangka bisa sejauh ini.